Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

Budaya Konsumer di Era MEA

Masyarakat konsumer isme Manusia telah menyaksikan betapa teknologi menyebarluas dan menjadi kebutuhan tersendiri bagi masyarakat. T erutama setelah revolusi industri d i prancis , yaitu ketika bangsa-bangsa “barat” membangun ekonomi mereka d engan bantuan temuan-temuan sains dan teknologi . “ Kemakmuran ” itu, tentu saja ber akibat pada bertambahnya volume konsumen yang semakin meningkat. Media (dengan TV setelit, video, DVD, CD dst) menciptakan kultur generasi muda yang terarah pada label Fashion, Gaya, Musik, dan perkembangan teknologi informasi (HP, laptop dst) . Hasilnya, terci ptalah masyarakat yang bergerak cepat, berlapis dan mempunyai banyak kepentingan. Hal ini menyebarkan pemikiran, cara hidup, perangkat harapan, imej, logo dan produk yang sama, yang dapat menghilangkan nilai-nilai peradaban lokal. Pergeseran kebutuhan pada informasi secara terus menerus akan terjadi ketika ideologi bersaing dipasar. Gaya dan ide dari berbagai zaman, seluruh dunia dapat dia

MENDIKBUD Baru dan Harapan dari Perbatasan

Bola panas   reshuffle   kabinet kerja jilid 3 sejauh ini masih menjadi bahan pembicaraan media-media. Reshuffle ini terbilang kontroversial di mata masyarakat.  Sebab terdapat beberapa nama mentri yang sejauh ini dinilai masih mumpuni menjabat sebagai mentri, terpaksa harus diganti menjadi nama lain yang sebelumnya bahkan jarang didengar publik. Salah satunya ialah pertanyaan-pertanyaan mengenai alasan digantinya Mentri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud),   Anies Baswedan .  Banyak masyarakat melihat bahwa   Anies Baswedan   adalah sosok yang masih pantas memegang jabatan tersebut. Pendiri Gerakan Indonesia mengajar ini dinilai memiliki pengalaman baik dalam hal pendidikan.  Tak hanya itu, Anies juga merupakan sosok yang banyak diharapkan masyarakat sebagai pemimpin bangsa di masa depan.  Maka wajar-wajar saja apabila terdapat dugaan-dugaan di masyarakat bahwa direshufflenya Anies, hanyalah siasat politik Jokowi semata untuk menumbangkan Anies sebelum Pilpres. R

Dinamika dan Abdi di Perbatasan

Setelah pembekalan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kebangsaan yang diadakan di Tanjung Pinang Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), para peserta segera disebar menuju desa masing-masing. Saya dan 14 teman yang terdiri dari berbagai organisasi telah mempersiapkan segala gagasan-gagasan menuju desa tempat kami mengabdi, Desa Tulang, Kecamatan Karimun, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri). Dari pompong (kendaraan laut setempat), keindahan pantai pasir putih Desa Tulang langsung memperlihatkan pesona wisatanya. Pepohonan kelapa dengan angin yang bertiup lembut, sedari awal telah melambai-lambai menyambut kedatangan kami. Dan yang lebih membahagiakan lagi, masyarakat desa menyambut kami dengan sangat ramah sesuai dengan adat melayu umumnya. Desa Tulang adalah desa yang termasuk dalam kategori 3T (terluar, terbelakang dan terisolir). Meski begitu, desa ini tetap mempunyai potensi wisata yang apabila dikembangkan dapat menjadi sumber perputaran roda ekonomi. Salah satunya adalah pasir putih yang mem

KKN Kebangsaan dan Wajah Ganas Mahasiswa

               kuliah kerja Nyata (KKN) Kebangsaan merupakan program yang selalu dilakukan mahasiswa sebagai perwujudan dari pengabdian terhadap masyarakat. KKN adalah momen untuk mengejar cita-cita luhur yakni mewujudkan masyarakat adil makmur. Saat ini, dikenal berbagai jenis KKN yang sering digunakan oleh pihak kampus. Salah satu yang paling banyak menyita perhatian publik adalah KKN Kebangsaan. Berbeda dengan KKN umumnya (reguler), KKN Kebangsaan terdiri dari mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Maka konektifitas dan komunikasi antar mahasiswa tentu saja akan semakin intens dilakukan. KKN Kebangsaan sekarang diselenggarakan oleh Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) di provinsi Kepulauan Riau dengan tema pengembangan ekowisata bahari pulau terdepan, tertinggal dan terisolir provinsi kepulauan riau berbasis masyarakat sebagai strategi menjaga kedaulatan NKRI. Fokus dari KKN kebangsaan dari tahun-ketahun sekiranya sangat jelas yakni menjaga kedau

Cermin Buram di Tapal Batas Indonesia

Herman, mungkin bukan siapa-siapa. Dia hanya seorang warga berumur 44 tahun yang tinggal di desa Tulang, Kabupaten Karimun, Kepulauan Riau. Karna faktor Ekonomi, ketika muda pak Herman lebih memilih bekerja di Malaysia ketimbang Indonesia. Tidak salah tentunya apabila pak Herman memilih menghabiskan masa di Malaysia untuk bekerja. Faktor ekonomi serta lingkungan masyarakat yang memang kebanyakan bekerja di Malaysia turut mendorong kepergian pemuda ini untuk bekerja sebagai kuli bangunan di sana. Tapi jangan lupa, negara pun sejatinya ikut bertanggung jawab. Kurangnya lapangan kerja serta rendahnya gaji di Indonesia sesungguhnya cermin wajah buruk dari perlakuan pemerintah pusat untuk wilayah perbatasan. Sosok Herman dan kebanyakan pemuda perbatasan menjadi perhatian saya saat Herman mengatakan bahwa dia dan kebanyakan temannya yang bekerja disana ternyata tanpa disertai dengan Limited Stay Permit/Working Visa (Visa untuk tujuan bekerja). Akhirnya, siapapun yang tertangkap aka

Masih Tentang Ruang dan Tuhan yang Sebenarnya

Beberapa teman minggu ini seringkali menghubungi saya terkait tulisan saya tentang Ruang yang menurut saya adalah Tuhan yang sebenarnya. Teman-teman saya tersebut, seolah menuntut dan menanti jawaban saya perihal tulisan tersebut. Mungkin emosi teman-teman sudah campur aduk tak karuan, karena sudah lama menunggu jawaban kepastian dari saya sampai lumut tumbuh di dinding waktu.  Kepedean  saya bukan tanpa alasan sebab tulisan saya tersebut, beberapa kali menjadi obrolan hangat di qureta melalui tanggapan-tanggapan yang baik dari teman-teman penulis. Melihat semua tanggapan teman-teman, jujur saja perasaan saya pun bercampur aduk; antara senang dan gelisah. Senang sebab artinya tulisan saya dibaca, dipahami dan ditanggapi. Saya berada di level tertinggi kebahagiaan ketika saya melihat ternyata masih ada kawan-kawan yang rela menghabiskan waktu dan tenaganya untuk membela saya. Apalagi ketika abang Ramdhany dalam Subjudul tulisannya secara jelas menuliskan “tanggapan atas problem

Sekali Lagi Tentang Ruang dan Tuhan yang Sebenarnya

“Ruang adalah Tuhan yang Sebenarnya”   merupakan tulisan pertama saya di Qureta. sebuah tulisan yang sebenarnya merupakan hasil perenungan kawan-kawan diskusi saya di PIUSH. Entah apa yang menarik dari tulisan tersebut, saya tidak mengerti. Namun yang patut disyukuri dengan segelas kopi ialah fakta bahwa tulisan tersebut dibaca, dipahami, hingga kemudian ditanggapi dengan baik. Saya ucapkan terimakasih. Terlebih dahulu saya memohon kepada Tuhan yang Maha Entah (YME) agar diberi petunjuk sehingga usaha ini setidaknya dapat menjadi jawaban atas kekurangan-kekurangan pada tulisan sebelumnya. Semoga Tuhan yang menjadi inti “permasalahan” kita ini memberi taufik serta hidayahnya kepada kita semua. Sekiranya telah tertera sebelumnya bahwa, Ruang yang saya maksud bukanlah ruang pada pengertian umumnya seperti ruang makan, ruang tamu, kamar dll. Namun, Ruang yang saya sebut sebagai Ruang Kosong itu adalah ruang sebagai Genus   (جنس)  diantara segala hal. Ruang yang mewadahi materi da

Ruang adalah Tuhan yang Sebenarnya

Kebanyakan manusia umumnya memahami dan mengenal Tuhan sebagai sosok. Sosok yang dapat mengatur kehidupan. Sosok yang memiliki kekuatan melebihi dari apa dan siapapun. Dengan kehendaknya, apa yang mustahil, bahkan tidak terpikirkan sekalipun oleh manusia, dapat terjadi dengan hanya menyebut   “kun” . Dari sudut pandang psikologi agama, hal demikian bukanlah permasalahan substansial yang berarti. Mengingat corak pikir manusia memang demikian adanya. Namun dari sudut pandang itu pula kita mengetahui bahwa seiring pertumbuhan usia manusia menjadi lebih dewasa, dalam pencariannya manusia mulai akan kembali mempertanyakan sistem kebertuhanan yang selama ini dijalani. Di sinilah kebanyakan manusia menemukan pengenalan dan pemahamannya akan Tuhan. Dari yang sebelumnya selalu menggambarkan Tuhan sebagai wujud sosok yang berkekuatan dahsyat, menjadi lebih rasional sesuai dengan ilmu pengetahuan yang diperolehnya. Sekiranya, ada banyak jalan untuk mengenal Tuhan seperti jalan Fiqih, Ta

Saat Aku Menyatakan Cinta **

Aku jatuh cinta.. Aku benar-benar yakin ini cinta... Cinta sejatiku. Semua sudah kupersiapkan. Tempat, waktu, mental, dan kehadiranmu. Ya, kita telah membuat janji untuk bertemu di sekretariat organisasi tempat biasa kota bertemu. Tentu ini bukan pertemuan untuk rapat atau diskusi. Ini janji bertemu berdua, antara kamu dan aku. Ya, dalam pertemuan ini aku berencana untuk mengungkapkan sesuatu yang sangat penting. Ini adalah tentang perasaan seorang laki-laki terhadap perempuan. Sesuatu yang membuatku mempersiapkan mentalku sedemikian rupa hanya untuk bicara padamu. Ya, aku akan mengatakan cinta kepadamu. Kita sudah berhubungan dekat selama setahun terakhir. Sedari masuk kuliah, kita aktif dalam kegiatan organisasi kampus. Karena aktivitas ini, kita jadi sering bertemu dalam kegiatan-kegiatan organisasi. Meski aku sebagai kakak kelas alias senior, kita kerap adu mulut. Mulai adu mulut dalam rapat, acara, sampai pelatihan-pelatihan organisasi. Ya, rekan-rekan melihat kita sep