Aku jatuh cinta.. Aku
benar-benar yakin ini cinta... Cinta sejatiku. Semua sudah kupersiapkan.
Tempat, waktu, mental, dan kehadiranmu. Ya, kita telah membuat janji untuk
bertemu di sekretariat organisasi tempat biasa kota bertemu. Tentu ini bukan
pertemuan untuk rapat atau diskusi. Ini janji bertemu berdua, antara kamu dan
aku.
Ya, dalam pertemuan ini aku
berencana untuk mengungkapkan sesuatu yang sangat penting. Ini adalah tentang
perasaan seorang laki-laki terhadap perempuan. Sesuatu yang membuatku
mempersiapkan mentalku sedemikian rupa hanya untuk bicara padamu. Ya, aku akan
mengatakan cinta kepadamu.
Kita sudah berhubungan dekat
selama setahun terakhir. Sedari masuk kuliah, kita aktif dalam kegiatan
organisasi kampus. Karena aktivitas ini, kita jadi sering bertemu dalam
kegiatan-kegiatan organisasi. Meski aku sebagai kakak kelas alias senior, kita
kerap adu mulut. Mulai adu mulut dalam rapat, acara, sampai pelatihan-pelatihan
organisasi. Ya, rekan-rekan melihat kita seperti anjing dan kucing.
Namun diluar itu, interaksi
kamu dan aku semakin intens. Setiap hari kita selalu bertemu, berbicara, dan
tersenyum. Di pagi hari aku selalu duduk menunggumu datang ke kampus,
menunggumu dengan menahan kantuk, mengantarmu sampai kelas, lalu kemudian aku
pulang untuk tidur. Kita tak pernah banyak bicara, hanya berjalan beriringan
menuju kelas, dan selalu seperti itu setiap harinya.
Tapi aku tahu, mungkin kamu
pun tahu, perasaan kita terhubung. Aku tak tahu kenapa juga bagaimana. Tapi aku
tahu itu. Entah sejak kapan ini terjadi,
aku tak mau memusingkannya. Aku hanya mau menerima perasaan ini, dan menjalani
semuanya denganmu. Hanya denganmu. Dan aku begitu bahagia ketika aku menjadi
orang pertama yang kau hubungi ketika kamu sulit. Kamu langsung mengingat
namaku.
Karna itulah aku memutuskan
untuk mengakhiri hubungan yang seperti ini. Hubungan menggantung diantara kita,
hubungan yang tak pasti. Dalam hal percintaan sungguh aku tak bisa meyakini
bahwa "ketidakjelasan merupakan hal yang baik". Karena itu aku
memilih untuk menghadapimu secara langsung, mengatakan perasaan dan isi hatiku.
Dan kali ini kupastikan akan berhasil, tak seperti sebelum-sebelumnya.
Sebelumnya, aku harus minta
maaf. Seperti yang sudah-sudah, aku selalu gagap dihadapanmu. Aku benar-benar
tak mampu menatap matamu. Jujur, Aku biasa berbicara didepan seribu orang namun
itu tidak berlaku lagi ketika denganmu. Kamu selalu terlihat seperti sesuatu
yang tak tersentuh olehku, dan aku selalu diam dihadapmu. Tapi kali ini aku
sudah benar-benar mempersiapkan mentalku. Aku akan katakan semuanya padamu
besok. Aku janji.
***
Pada hari dan waktu kita
berjanji, aku sudah menunggumu. Aku datang 20 menit sebelum waktu kita bertemu.
Aku akan mempersiapkan mentalku lagi, begitu pikirku sambil menunggumu datang.
Kali ini aku berjanji, takkan melakukan hal bodoh lagi seperti sebelumnya.
Tenang saja, kali ini aku siap.
Aku duduk di ruang depan
sekretariat, tempat kita akan bertemu. Aku memilih tempat itu karena itu tempat
yang sepi, teman-teman takkan kemari disaat hari menjelang magrib seperti ini.
Dan aku memilih waktu ini karena aku sangat suka senja. Waktu yang tepat untuk
mencinta.
Sesaat termenung, kamu sudah
ada dihadapanku. Deg, jantungku berdebar hanya dengan melihatmu, aku tak tahu
apa yang terjadi jika aku nyatakan perasaanku. Tapi aku sudah memutuskan untuk
menghadapimu, persetan dengan urusan lain. Dan kamu pun, duh, cantik sekali
sore itu. Benar-benar perpaduan yang baik antara senja dan kamu.
“Kamu mau ngomong apa? Nanti
kaya dulu-dulu lagi.”
Serangan mendadak, aku harus
bisa menghadapinya.
“Nggak kok, aku Cuma mau
kasih kejutan buat kamu.” Jawabku sambil tersenyum.
Ia hanya diam. Langsung saja
ku genggam tangannya dan membalas dengan serangan kilat.
“Maaf ya kalau selama ini aku
sering gangguin kamu. Dan makasih selama ini kamu udah bersedia nemenin hidup
aku. Tapi itu nggak cukup buat aku. Aku memang bukan laki-laki yang selalu
mengirimkan pesan cinta ke kamu. Aku juga jarang menanyakan kabar kamu.”
“Tapi aku mau jadi laki-laki
yang dampingin hidup kamu. Aku mau jadi laki-laki yang menemani kamu ketika
kamu lelah, dan jadi laki-laki yang bisa nenangin kamu yang suka emosian. Kamu
mau nggak jadi pacar aku?”
Ketika ia diam, aku
melanjutkan "tapi ingat, aku ga bakalan pernah memaksa. Semua ini hak dan
pilihan kmu. Begitupun sebaliknya, kamu tidak boleh memaksa aku untuk tidak
cinta sama kamu. Karna itu sudah jauh terlanjur".
Deg, ini saat yang
menentukan. Dia masih diam. Aku nggak tahu apa yang ada di dalam pikirannya,
dan aku nggak mau nebak-nebak. Aku mau nunggu dia menjawab isi hatiku. Aku akan
terima apapun jawabannya. Lalu dia mulai membuka suara.
"Lu ngomong apaan sih!
Jangan ngiggo! Bangun lu!”
Deg, terbangun. Nafasku tak
beraturan. Didepan temanku masih ngomel-ngomel ketika nyawaku belum kembali
sepenuhnya. Setelah agak sadar, baru aku tahu dia bicara apa. Begini kira-kira
bunyinya.
“Bego, lu ngajakin orang
ketemuan malah tidur. Dia ngebangunin lu dari tadi, lu nggak bangun-bangun.
Tolol. Orangnya pulang sambil ngamuk-ngamuk noh.”
Dan aku pun hanya terdiam.
Termenung melihat senja sambil meratapi perbuatan tolol ini.
*kisah nyata
23-04-2016 Kost
Komentar
Posting Komentar